BID’AH
HASANAH adalah suatu amalan yg tak pernah lepas daro pro dan kontra, karena
banyak (mayoritas ) kaum muslimin itu menjalankan bid’ah hasanah, namun
sebagian kecil dari minoritas kaum muslimin sangat menentang adanya bid’ah
hasanah dan menyatakan bahwa tak ada bid’ah hasanah dalam islam,
Sebenarnya
pro dan kontra tentang adanya bid’ah hasanah tak perlu terjadi karena dalil2
adanya bid’ah hasanah itu cukup banyak dan sangat kuat dan telah di akui sejak
zaman para sahabat khususnya di masa khulafaurrasyidin
Adapun
mereka kalangan yg mnyatkan tak ada bid’ah hasanah berdalil dg hadits
RASULULLAH SAW dari jabir radhiallahu anhu
قال رسول الله (ص) : ان خير الحديث كتاب الله و خير الهدى هدى محمد و شر
الأمور محدثا تها و كل بدعة ضلالة (روه مسلم)
RASULULLAH
SAW bersabda : sebaik2 ucapan adalah kitab ALLAH. Sebaik2 petunjuk adalah
petunjuk Muhammad , sejelek2 perkara adalah perkara yg baru dan setiap bid’ah
itu kesesatan ( muslim 867)
Tp
sayangnya kaum minoritas dari muslimin ini tak mengkaji dalil lain sehingga
dengan seenaknya mnyatakan bahwa segala sesuatu yg baru, apapun itu maka itu
semua sesat, padahal RASULULLAH SAW bersabda juga dalam kitab yg sama yaitu di
riwayatkan oleh imam muslim dari jarir bin Abdullah al bajali RASULULLAH SAW
bersabda :
من سن في الإسلام سنة حسنة فله اجرها و اجر من عمل بها بعده من غير ان
ينقص من اجرهم شيء و من سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها و وزر من عمل بها
من بعده من غير ان ينقص من اوزارهم شيء (روه مسلم)
Barang
siapa yg memulai perbuatan baik dalam islam maka ia akan memperoleh
pahalanya, dan pahala orang2 yg melakukannya sesudahnya tanpa di kurang
sedikitpun pahala dari mereka dan barang siapa yg memulai perbuatan jelek maka
ia akan memperoleh dosanya dan osa orang2 yg melakukan sesudahnya tanpa di
kurangi sedikitpun dari dosa mereka (muslim 1017)
Jelas
sekali bahwa dalam hadits pertama di nyatakan bahwa
segala sesuatu yg baru, itu
sesat namun di dalam hadits yg ke 2 di pertegas bahwa siapa yg memulai
perbuatan baik dalam islam, dia dapat pahala dan pahala orang2 yg
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka, adapun siapa yg memulai
perbuatan, yg buruk dalam islam maka dia mendapakan dosa dan dosa orang2 yg
mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka,,,,
Maka
hadits ke 2 ini adalah penjelasan yg membatasi ma’na hadits kullu bid’ah
dholalah (maksud dari hadits ini adalah bid’ah yg buruk dalam islam)
Karena
jelas di hadits ke dua NABI mnyatakan bahwa BARANG SIAPA YG MEMULAI KEBAIKAN
MAKA DIA DAPAT PAHALA (NABI GAK MEMBATASI KEBAIKAN INI DI ZAMAN NABI SAJA TP
INI UNTUK SETERUSNYA,DAN TIDAK DI BATASI APAKAH IA DI CONTOHKAN ATAUKAH TIDAK
DI CONTOHKAN OLEH NABI SAW )
Selain
itu juga RASULULLAH seringkali menyetujui amalan2 sahabat yg mana beliau tak
mencontohkannya, sebagai bentuk dari perbuatan baik mereka misalnya hadits
riwayat imam bukhari dari sayyidina rifa’ah bin rafi’ berkata :
كنا نصلى وراء النبي (ص) فلما رفع رأسه من الركعة قال (سمع الله لمن حمده )
قال رجل وراء ربنا و لك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا
فيه فلما ا نصرف قال (من المتكلم ؟) قال أنا قال : (( رأيت بضعة
وثلاثين ملكا يبتدرونها أيهم يكتبها )) روه البخاري
Suatu
ketika kami sholat bersama NABI SAW, ketika beliau bangun dari ruku’ beliau
berkata : sami’ALLAHUliman hamidah, lalu seorang lelaki di belakangnya berkata
: rabbana walakalhamdu hamdan katsiran mubarokan fih, setelah selsai sholat
beliau bertanya : siapa yg membaca kalimat tadi? Lelaki itu menjawab : saya,
lalu beliau bersabda : aku telah melihat lebih dari 30 malaikat berebut menulis
pahalanya. ( muslim 799)
Begitu
juga dg tata cara ma’mum masbuq dalam sholat berjama’ah, maka RASULULLAH
menyetujui perbuatan salah seorang sahabatnya meskipun hal itu belum di
contohkan oleh RASULULLAH SAW, dari sayyidina abdurahman bin abi laila berkata
:
كان الناس على عهد
رسول الله إذا جاء الرجل و قد فاته شيء من الصلاة أشار إليه الناس فصلى ما فاته ثم
دخل في الصلاة ثم جاء يوما معاذ بن جبل فأشار اليه فدخل و لم ينتظر ما قالوا فلما
صلى النبي (ص) ذكروا له ذلك فقال لهم النبي (سن لكم معاذ) و في رواية سيدنا معاذ
بن جبل : (انه قد سن لكم معاذ فهكذا فاصنعوا)
Pada
masa RASULULLAH SAW jika orang dating terlambat beberapa rakaat
mengikuti sholat berjama’ah maka orang2 yg lebih dahulu dating akan
memberikan isyarat kepadanya tentang raka’at yg telah di jalani, sehingga orang
tersebut akan menjalankan raka’at yg tertinggal terlebih dahulu, kemudian
setelah menyelesaikan rakkat yg tertinggal dia masuk sholat berjama’ah bersama
mereka. Pada suatu hari muadz bin jabal dating terlambat lalu orang2 yg
lebih dahulu dating member isyarat kepadanya tentang jumlah rakaat yg telah di
kerjakan, akan tetapi muadz langsung masuk ke dalam sholat berjama’ah dan tak
menghiraukan isyarat mereka, akan tetapi setelah RASULULLAH SAW selsai dari
sholat , maka muadz meneruskan sholat (mengganti sholat yg tertinggal itu)
ternyata setelah RASULULLAH SAW selsai dari sholatnya , mereka melaporkan yg di
lakukan muadz yg mana berbeda dg kebiasaan mereka, lalu beliau SAW
menjawab : muadz telah memulai cara yg baik buat sholat kalian, dalam riwayat
lain di nyatakan bahwa RASULULLAH SAW bersabda : muadz telah memulai cara
sholat ygbaik bagi kalian. Begitulah cara sholat yg harus kalian kerjakan
(imam ahmad 5/233, abu dawud, ibin syaibah dll, hadits ini di nyatakan sahih
oleh ibnu daqiq dan ibn hazm al andalusi)
Itu
adalah contoh2 perkara baru yg belum di ajarkan oleh NABI dan
di lakukan sahabat di masa hidup NABI, NABI menyetujuinya bahkan
mereka di nilai melakukan kebaikan dalam agama, meskipun NABI tidak
mencontohkannya, adapun perbuatan baru yg di lakukan sahabat2 di masa
setelah wafatnya NABI juga banyak sekali, dan itu di lakukan sampai saat ini,
dan di sepakati oleh seluruh sahabat
Seperti
pelaksanaan sholat tarawih secara berjama’ah dg 1 imam, yg di lakukan
oleh sayyidina umar, karena melihat ummat tercerai berai sholat sendiri2,
bahkan ada yg gak sholat tarawih, RASULULLAH tak pernah menganjurkan sholat
tarawih berjama’ah, beliau hanya melaksanakan berjama’ah beberapa malam, dan
selanjutnya melaksanakan sendirian, di zaman sayyidina abubakar hal tersebut
tak di lakukan adapun di zaman sayyidina umar itu di lakukan, dan beliau
mnyatakan
نعمت البدعة هذه
Sebaik2
bid’ah adalah ini (al-bukhori 2010)
Begitu
pula dg adzan ke 2 di hari jum’at yg di laksanakan di zaman sayyidina usman,
karena semakin banyaknya kaum muslimin semakin padatnya penduduk sehingga
mereka perlu tau dekatnya waktu jum’at sebelum imam naik ke mimbar, semua sahabat
yg hadir waktu itu menyetujuinya, dan ini termasuk bid’ah hasanah
Adapun
al imam syafi’I mnyatakan bahwa bid’ah terbagi 2 yaitu bid’ah hasanah dan
bid’ah sayyiah
المحدثات ضربان : ما
أحدث يخالف كتابا او سنة او اجماعا فهو بدعة الضلالة و ما احدث في الخير لا يخالف
شيئا من ذلك فهو محدثة غير مذمومة (الحافظ البيهقي مناقب الإمام الشافعي 489/1)
Bid’ah
(muhadatsat) ada 2 : pertama sesuatu yg baru yg menyalahi al qur’an atau sunnah
atau ijma’ dan itu di sebut bid’ah dholalah (sesat) yg ke 2 sesuatu yg baru yg tidak
menyalahi al qur’an, sunnah,ijma’ dan qias, maka itu di sebut bid’ah yg tidak
tercela (al baihaqi, manaqib imam syafi’I, 1/489)
Maka
jelaslah sudah kaum yg mnyatakan semua bid’ah itu sesat adalah kaum yg tak
punya dalil, membuat agama islam menjadi sempit dg dalil yg dia ketahui
sendiri, sedangkan dalil yg menjelaskan bahwa bid’ah hasanah itu justru
pelakunya mendapat pahala SANGAT jelas, maka dalil kullu bid’ah dholaah,
lebih tepat jika di nyatakan bahwa semua bid’ah yg menyimpang dari al
qur’an,sunnah dan ijma’ adalah esat, tidak bISA di pukul rata semua bid’ah
adalah sesat sebagaimana kalangan mereka yg menyatakan semua bid’ah sesat
sdgkan shohabat yg duduk dg RASULULLAH SAW, dan lebih mengenal RASUL juga
menjalankan bid’ah hasanah, dan di setujui oleh semua sahabat RASULULLAH SAW yg
jelas2 lebih mengenal RASUL dari pada kaum yg suka mengkafir2kan pelaku bid’ah
hasanah….
Dua hadits yg disampaikan di awal tulisan di atas jelas bertentangan dan tidak bisa disatukan sebagai penguat satu sama lainnya. Yang pertama menggunakan kata "بدعة" dan hadits kedua "سن". Siapa saja yg belajar bahasa Arab dg baik akan dapat memhami, secara etimologi maupun terminologi keduanya berbeda dan bertentangan.
BalasHapusDari pemahaman sederhana ini, sebenarnya hanya sebagian orang yg kurang paham bahasa Arab dan terminologi dalam agama Islam saja yg mengklaim bahwa ada "bid'ah hasanah." Jika sesuatu disebut sesat, apakah ada kebaikan dalam kesesatan tsb? Ini logika yang sederhana.
BalasHapusKarena diawali dari keracuan "سن", akhirnya berdampak kepada pemahaman "sunnah" yg sempit --sekaligus menyalahi definisi yg dijelaskan dalam kitab tafsir para ulama. Ini tampak di alinea berikutnya yang menyangka apa yg dilakukan para sahabat radhiyallahu 'anhum merupakan sebuah tindakan bid'ah. Tidak tahukah bahwa di antara definisi "sunnah" adalah "taqrir" beliau shallallahu 'alaihi wa sallam yg dapat berupa persetujuan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam atas perbuatan sahabat dalam masalah2 agama? Jadi, sangat disayangkan dan perlu diistighfari menuduh para sahabat radhiyallahu 'anhum melakukan pratek bid'ah padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyetujui (berarti itu bukan bid'ah tetapi merupakan sunnah atau perbuatan "سن:).
Untuk Lebih Jelasnya Kunjungi
HapusBlog ini
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/06/tradisi-masyarakat-islam-yang-bersumber.html
Salam Santun
Kalau ziaroh kubur, maulid nabi bid'ah ndak ya.... Aku baca tulisan dari rekan saya murid syyaid muhammad bahwa jasad beliau diteima oleh Nabi waktu pemakamannya jadi waktu prosesi pemakaman orang yang menerima jasad sayyid didalam liang lahad langsung pinsan dan bermimpi kalau rasulullah menerima jasad syayyid muhammad padahal beliau sering mengadakan acara-acara maulid nabi tetapi para penentang mengatakan kalau maulid itu bid'ah, berarti secara tidak langsung mereka mengakatan kalau syayyid itu ahlul bid'ah yang tentunya nabi sangat benci, dari sini bisa saya simpulkan kalau sebenarnya bid'ah tidak selamanya dholalah terbukti dengan jasad syayyid muhammad diterima langsung oleh Nabi Muhammad yang tentunya nabi tidak akan menerima orang selain orang itu benar2 ahlussunnah
BalasHapusMohon maaf, semua org juga bisa ngomong seperti anda, apalagi anda hanya mendengar....agama Islam tidak di landasi dengan mimpi tapi dengan Dalil Al quran dan Sunnah,
Hapusuntuk Tentang Pendidikan Ummat: Betul bahwa dalam makna Sunnah itu salah satunya adalah Taqrir...tapi apakah yang dilakukan umar itu telah di taqrirkan oleh Rasulullah. tentu saja Rasulullah sudah wafat pada saat itu sehingga blum ada proses taqrir dari Rasulullah. silahkan anda yang memandang bid'ah dengan pandangan seperti itu, tapi ada disana banyak saudara2 kita yang memiliki pemahaman tentang bid'ah yang berbeda dengan anda. sehingga ukhhuwwah islamiyah selalu terjaga...pasti teks-teks al-Qur'an dan Hadits ada dua sisi yang memahami dengan berbeda...ada yang letterlek (tekstual) dan ada juga yang tidak letterlek dengan menjabarkannya lebih dalam. dan saya fikir kedua-duanya saling melengkapi....mari kita cari benang merah nya antara kedua pemahaman tersebut.wallahu'alam bisshowwab
BalasHapusmakna Sunnah itu salah satunya adalah Taqrir...tapi apakah yang dilakukan umar itu telah di taqrirkan oleh Rasulullah
Hapus===== bukan hanya ditaqrirkan, bahkan Nabi SAW mewajibkan kita berpegang teguh dengan Sunnah beliau dan Sunahnya Khulafaurrosyidin, sehingga kita mengamalkan tarawih 23 rokaat (jika itu memang benar sunnahnya 'Umar RA) disebabkan berdasaran dalil dari lisan Nabi sendiri yang menyuruh kita berpegang teguh dengan sunnahnya khulafaurrosyidin. Kesimpulannya: tawarih 23 rokaat bukan bid'ah, ulama yang dicap Wahabi sekalipun, mereka tidak membid'ahkan kok, bahkan sangat jelas dari fatwa2 mereka (ulama yg dicap wahabi) bahwa solat tarawih tidak ada batasan rokaat maksimalnya, yang pasti minimal 1 rokaat. Jadi tolong umat jangan dibuat bingung, wong Wahabi sendiri tidak ada yang membid'ahkan perbuatan umar kok
Ketika Rasulullah Salallahu alaihi Wassalam mengucapkan "ikutilah sunnahku", beliau merefer sunnah yang beliau lakukan dan para sahabat radiallahu anhu :) karena mereka yang mengerti sebaik-baiknya ajaran Islam melalui Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam..
BalasHapusAna heran, yang seperti ini saja katanya Syaikh dan Ulama Salaf ga bisa jawab? Seriuskah itu?
Para ulama Salaf mengatakan bahwa Sunnah arti mengamalkan Al Qur’an dan hadits serta mengikuti para pendahulu yg shalih serta ber-ittiba’ dgn jejak mereka.
Ibnu Rajab menjelaskan bahwa yg dimaksud dgn As Sunnah pada asal adl jalan yg ditempuh dan itu meliputi sikap berpegang teguh dgn apa yg dijalani oleh Nabi dan para khalifah baik keyakinan amalan maupun ucapan. Dan inilah makna As Sunnah secara sempurna.
Itulah yg maksud, sehingga kami tdk terpaku pada istilah Sunnah menurut ahli fikih atau sunnah menurut ahli ushul fikih atau Sunnah dlm arti akidah tetapi mencakup itu semua.
Sebagaimana tersebut dlm hadits Nabi:
“Wajib atas kalian berpegang dgn Sunnahku dan Sunnah para Al Khulafa Ar Rasyidin”{Shahih HR Ahmad Abu Dawud dan At Tirmidzi dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dlm Shahihul Jami’ 2549)
وسنة الخفا ء الراشد ين sunnah kholifah itu apa bukan bid'ah,mau ngelak kemana saja terlihat kebodohannya.
HapusMau Belajar Islam Tidak Setengah - Setengah
BalasHapusSilahkan Masuk Ke Bog Ini :
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/06/tradisi-masyarakat-islam-yang-bersumber.html
Bismilahirohmanirohim....
HapusKarena di muqodimah anda mengatakan mari kita memikirkanya secara Logis maka sayapun akan mencoba menjawabnya secara logis pula .
1. Apakah anda seorang Muslim ?
Jika benar anda seorang Muslim sungguh aneh jika anda membandingkan ajaran Islam dengan Hindu , dan lebih aneh lagi jika anda menyamakan ibadah Muslimin dengan ibadah orang Hindu. Karena jelas ada banyak perbedaan antara orang hindu dengan Muslimin. Dari sejarah keagamaanpun sangat jauh berbeda .
2 . Mereka ( Para wali ) adalah orang-orang pilihan ( Allah ) yang di utusan ke negeri untuk menyebarkan ajaran Islam yang agung dan suci , pengetahuan merekapun tidak perlu kita ragukan lagi , bahkan ada di antara yang merupakan keturunan Rasululloh. Sekarang bandingkan dengan anda , apakah anda sudah merasa melebihi mereka.( wali ) ?
3. Jika anda berani mengatakan bahwa Tahlilan ( kenduri ) dengan 1 , 3 , 7 , 40 , 100 , atau 1000 harinya adalah tradisi yang berasal dari umat Hindu yang ditiru oleh para wali dengan menyelipakan do'a dan dzikir , Maka hal ini bisa di artikan bahwa anda mengatakan bahwa para wali ( wali songo ) adalah pelaku Bid'ah, Jika kita kembalikan kepada pemahaman anda yang mengatakan bahwa " Kullu Bid'athun dhalalah " setiap yang baru adalah sesat , beranikah anda mengatakan bahwa para wali yang sembilan sebagai wali sesat ( pelaku kesesatan dalam agama ) ? dan jika merujuk kalimat selanjutnya dalam hadist tersebut yang mengatakan bahwa ' setiap kesesatan di nereka " beranikah anda mengatakan bahwa para wali itu ahli neraka ? Naudzubilah min dzalik.
4. Kata Bid'ah dalam hadist itu janganlah kita mengartikankanya dengan sesuatu yang jamak ( umum ) karena bisa mewajibkan pemaknaan yang sama untuk kata selanjutnya yang berada dalam satu kalimat. Maksudnya jika kata Bid'athun dhalalahu itu kita artikan " yang baru itu sesat secara umum ) maka kata Finnar pada hadist selanjutnya akan ikut menjadi umum ( semua ke neraka ) tanpa pengecualian , baik dia orang shaleh atau pendosa .
5. Alangkah baiknya sebelum anda menulis sesuatu itu di telaah dulu , jika anda menemukan satu dalil yang melarang , maka cari dulu apakah ada dalil yang membolehkan. Dan anda harus ingat bahwa kehidupan manusia itu tidak jauh dari kata Bid'ah ( Baru ).
mantap lnjutkannn
BalasHapusmantap.lnjutkannn
BalasHapus..Untuk belajar ilmu fiqih juga...Bid'ah sebenarnya....ilmu tajwid...ikhfa..mad Lazim...Qalqolah...ilmu tafsir....memberikan haroqah...titik dan baris pada Al quran..juga Bid'ah...karena dimasa Nabi...qur'an Huruf Gundul...jadi..dalam Kenyataanya...Bid'ah hadanah..Suatu keniscayaan...secara fakta...yang menolak Bid'ah hasanah....Seperti Kodok dibawah tempurung..ga bisa melihat kenyataan...padahal mareka juga pelaku Bid'ah sesugguhnya...Mareka juga memakai Quran yg telah dibukukan oleh khalifah Usman...Juga tidak membaca Quran huruf Gundul..
BalasHapus