3.A. Akal dan Agama Mana yang Mengatakan "BOM BUNUH DIRI" itu Jihad
NARATOR : Ustadz Abu Salman hafidzahullahu Ta’ala
TemaAkal dan Agama Mana yang Mengatakan “Ngebom” itu Jihad (artikel buletin bisa diakses di sini)
Beberapa tahun yang silam pernah terjadi pengeboman dan perusakan di kota Riyadh, saat itulah Syeikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr angkat suara, “Alangkah miripnya kata tadi malam dengan semalam. Sesungguhnya peristiwa pemboman dan perusakan di kota Riyadh dan senjata-senjata lain yang digunakan di kota Makkah maupun Madinah pada awal tahun ini (1424 H, sekitar tahun 2003) merupakan hasil rayuan setan yang berupa bentuk meremehkan atau berlebih-lebihan dalam beragama. Sejelek-jeleknya perbuatan yang dihiasi oleh setan adalah yang mengatakan bahwa pengeboman dan perusakan adalah bentuk jihad. Akal
dan agama mana yang menyatakan membunuh jiwa, memerangi kaum muslimin, memerangi orang-orang kafir yang mengadakan perjanjian dengan kaum muslimin, membuat kekacauan, membuat wanita-wanita menjanda, menyebabkan anak-anak menjadi yatim, dan meluluhlantakkan bermacam bangunan sebagai jihad[?]”
dan agama mana yang menyatakan membunuh jiwa, memerangi kaum muslimin, memerangi orang-orang kafir yang mengadakan perjanjian dengan kaum muslimin, membuat kekacauan, membuat wanita-wanita menjanda, menyebabkan anak-anak menjadi yatim, dan meluluhlantakkan bermacam bangunan sebagai jihad[?]”
Silahkan selengkapnya sahabat Muslim donwload tautan di bawah ini, semoga bermanfaat Baarakallahu fiikum
3.B. Jihad Vs Terorisme
Meluruskan Pemahaman Tentang Jihad
NARATOR
Al-Ustadz Zaenal Abidin, Lc Hafidzahullahu Ta’ala
Al-Ustadz Zaenal Abidin, Lc Hafidzahullahu Ta’ala
Kajian yang kami berikan bukanlah maksud untuk melemahkan semangat jihad bagi kaum muslimin, akan tetapi perlulah kita mengetahui kaedah-kaedah penting di dalam berjihad itu sendiri. Kata “Jihad” sekarang ini telah banyak di salah gunakan, kaum muslimin sendiri banyak yang rancu dengan kata jihad. Bahkan ada di antara mereka menamakan perbuatan yang bukan jihad dengan nama jihad.
Dalam kajian ini juga di jelaskan tentang hakikat terorisme, apakah pantas agama Islam yang mengajarkan kedamaian ini dikatakan sebagai agama teroris? tentunya tidak. Silahkan lebih lengkapnya download tautan di bawah ini, Semoga Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin atas musuh-musuh Allah serta memberikan kefahaman kita semua di atas agama-Nya yang lurus dengan Pemahaman yang Benar. Baarakallahu fiikum.
Dua konsep rasionalisme yang berbeda
BalasHapusIlmu logika adalah ilmu tentang tata cara berfikir sistematis-matematis yang murni yaitu tata cara berfikir yang tidak bergantung pada tangkapan langsung dunia panca indera.akal adalah alat berfikir sistematis - matematis yang dimiliki oleh manusia,sebab itu ada hubungan paralel antara akal dan ilmu logika artinya ilmu logika tidak akan pernah ada kalau manusia tidak memiliki akal.Tuhan menyuruh manusia menggunakan akal nya secara maksimal sehingga bila agama ditela'ah dengan logika murni maka kebenarannya akan terungkap secara konstruktif ( bisa di telusuri oleh cara berfikir yang tertata ).
Tetapi dalam wacana filsafat - sains kini istilah 'akal','logika' dan 'rasional' selalu dikaitkan secara langsung dengan fakta - bukti empirik yang tertangkap mata sehingga yang 'rasional' makna pengertiannya malah menjadi 'yang mata telanjang bisa menangkapnya secara langsung' (ini adalah penyelewengan terhadap konsep ilmu logika),sehingga yang tidak memiliki bukti empirik yang langsung tertangkap mata sering dikategorikan sebagai 'irrasional',sebagai contoh : konsep sorga dan neraka sering didefinisikan sebagai 'irrasional' hanya karena tidak bisa dibuktikan oleh bukti empirik yang tertangkap mata secara langsung.dan istilah 'akal' sering dipertentangkan dengan agama karena agama mendeskripsikan hal hal yang abstrak yang dianggap 'tidak masuk akal'
Dan ini (pandangan yang datang dari dunia filsafat-sains itu) adalah penyimpangan terhadap konsep ilmu logika,sebab konsep ilmu logika adalah tatacara berfikir sistematis yang murni tidak bergantung sepenuhnya pada tangkapan dunia indera secara langsung. sebagai contoh : konsep sorga dan neraka adalah konsep yang rasional sebab keduanya bisa dihubungkan secara sistematis - mekanistis dengan keberadaan adanya kebaikan dan kejahatan didunia.dan coba kita pakai perbandingan terbalik : bila sorga dan neraka itu tidak ada maka si baik dan si jahat hidupnya hanya akan berakhir dikuburan,dan bila demikian yang terjadi maka kehidupan akan menjadi GANJIL dalam arti tidak rasional atau tidak sistematis.contoh lain : atheis sering memproklamirkan ideologinya berdasar prinsip 'rasional',padahal bila kita analisis : berpandangan atheistik sama dengan beranggapan bahwa segala keteraturan itu berasal dari 'kebetulan' padahal menurut logika akal segala keberaturan yang tertata secara sistematis itu hanya bisa berasal dari desainer dan mustahil datang dari kebetulan.sebab kebetulan mustahil melahirkan keteraturan (coba saja seluruh saintis diseluruh dunia melakukan eksperimen : apakah dari kebetulan bisa melahirkan keteraturan (?).
Agama berisi konsep rasional bila manusia tidak melekatkan olah fikir akalnya selalu secara langung dengan bukti dunia inderawi,atau tidak mengebiri akalnya dengan keterbatasan dunia indera nya.sebab indera adalah hamba atau pembantu akal dan bukan sebaliknya.tapi filosof - saintis atheistik materialistik menjadikan dunia indera dan ‘bukti empirik’ sebagai 'raja' dan 'ukuran kebenaran' sehingga yang tidak terbukti secara empirik sering ditolak sebagai kebenaran.
BalasHapusJadi ada dua versi konsep ‘rasional’ : versi Tuhan/agama yang mendefinisikan pengertian ‘rasional’ sebagai sesuatu yang bisa difahami oleh tatacara berfikir yang murni sistematis tanpa ketergantungan mutlak kepada tangkapan dunia indera secara langsung,dan kedua : versi filsafat materialistik (kacamata sudut pandang filsafat yang bersandar pada prinsip bahwa yang ‘ada’/realitas adalah segala suatu yang tertangkap mata) yang mendefinisikan istilah ‘rasional’ sebagai kebenaran versi akal yang selalu terikat secara mutlak pada bukti empirik-pada bukti yang tertangkap mata.sehingga cara berfikir filsafat materialistik sebenarnya tidak murni lagi sistematis tapi menghamba kepada dunia indera (akal diletakkan dibawah indera).tapi anehnya mereka suka menyebut diri sebagai ‘kaum rasionalist’ sedangkan para agamawan sering distigmakan sebagai kaum yang ‘irrasional’,padahal agama selalu menuntut cara berfikir logika murni yang tidak mutlak bergantung atau menghamba kepada tangkapan mata yang langsung sebab derajat akal lebih tinggi ketimbang dunia inderawi.
Jadi agama di stigmakan sebagai ‘irrasional’ karena filosof-saintis materialistik melihat dan mengkajinya dengan menggunakan kacamata rasionalisme versi kaum materialist yaitu rasionalisme yang dibingkai oleh keharusan bukti yang tertangkap mata atau keharusan bukti empirik artinya bukan rasionalisme yang murni orientasi kepada tatacara berfikir sistematik sebagaimana yang dimaksud oleh kitab suci.
Kesimpulannya : kita harus bisa membedakan secara signifikan definisi pengertian ‘rasional’ versi agama dengan ‘rasional’ versi sudut pandang materialist (yang lahir melalui wacana filsafat - sains) sebab itu adalah dua kubu pandangan yang amat jauh berbeda yang menghasilkan konsep kebenaran (rasional) yang berbeda.