Kata ‘Nusantara’, berasal dari kata-kata Mahapatih Kerajaan
Majapahit, Gajah Mada, dalam sumpahnya yang terkenal dengan Sumpah Palapa.
Bahwa dia tidak akan menikmati kesenangan dunia sebelum seluruh nusantara
bersatu. Gajah Mada sendiri adalah sosok yang misterius, tidak diketahui dari
mana asal-usulnya, kemudian tampil menjadi orang yang paling berpengaruh dari zaman
ke zaman dengan konsep Nusantara-nya dan kemudian menghilang entah ke mana.
Wilayah Nusantara mengacu kepada kepada kawasan kepulauan
Asia Tenggara, yang saat ini berada dalam wilayah negara Indonesia , Malaysia dan sekitarnya. Menurut
pembagian kawasan dunia, wilayah ini terletak paling timur dalam peta dunia.
Orang Eropa menyebut wilayah ini Timur Jauh. Pada abad-abad penjajahan bangsa
Eropa, Nusantara biasa disebut Hindia Timur (East Indies ).
Begitu juga dengan orang Arab dan Timur Tengah, bila dikatakan ‘Timur’ maka
dalam maksud lokal bisa bermaksud kawasan di sebelah timur Hijaz (kawasan Mekah
dan Madinah), tapi dalam maksud yang lain berarti wilayah di arah timur di luar
Jazirah Arab dan Teluk Persia :
Nusantara.
Wilayah ini didiami oleh rumpun bangsa Melayu (Jawi). Saat
ini terdapat sekitar setengah milyar penduduk mendiami wilayah ini. Dengan 300
juta orang diantaranya beragama Islam, menjadikan rumpun bangsa Melayu adalah
bangsa Muslim terbesar di dunia. Bahkan lebih besar dibandingkan seluruh bangsa
Arab yang merupakan menjadi bangsa Muslim pertama. Suatu fenomena yang tidak
dijumpai pada bangsa manapun di dunia.
Sejarah keislaman Nusantara dan Bangsa Melayu bermula sangat
awal sekali. Telah ditemukan beberapa makam Sahabat Nabi Muhammad SAW di
Nusantara. Salah satu yang paling terkenal adalah makam Syeikh Rukunuddin di
Barus (Fansur), Sumatera Utara. Pada makamnya tertulis bahwa beliau wafat pada
tahun 48 H. Tidak diketahui siapa nama Syeikh Rukunuddin sebenarnya, tapi dari
tanggal wafatnya kita bisa mengatakan bahwa kemungkinan beliau adalah salah
sorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu orang yang hidup sezaman dan berjumpa
dengan beliau. Para sahabat dan tabiin telah
memulai gelombang awal sejarah Islam di Bumi Nusantara.
Pada periode berikutnya, Islam semakin deras mengalir
khususnya ke Pulau Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaysia , dan Kamboja (Campa).
Sekitar abad ke 13 M, banyak cabang-cabang keluarga keturunan Nabi Muhammad SAW
(Ahlul Bait) mulai meninggalkan Hadramaut (Yaman) di wilayah selatan Jazirah
Arab, terutama setelah serbuan Bangsa Mongol ke Baghdad. Tersebutlah Sayyid
Ahmad Jalal Syah yang menjadi gubernur di India Barat. Salah seorang puteranya
yang bernama Sayyid Jamaluddin Al Hussein berpindah ke Campa dan kemudian lebih
terkenal dengan nama Syeikh Jumadil Kubra.
Seorang putera Syeikh Jumadil Kubra yang bernama Sayyid Ali
Nurul Alam mengasaskan berbagai kesultanan di Campa, Semenanjung Malaya,
Pattani (Thailand Selatan), Sumatera, Kalimantan dan Brunei
(Borneo ) serta di kawasan Filipina. Tercatat
raja pertama dinasti Islam Campa adalah anak dari Sayyid Ali Nurul Alam, yaitu
Raja Wan Bo (Sayid Abdullah ibn Ali Nurul Alam).
Puteranya yang lain adalah Syeikh Ibrahim Al Akbar As
Samarkand (Sunan Maulana Malik Ibrahim/ Sunan Maghribi/ Syeikh Asmarakandi).
Inilah cikal bakal Wali Songo di tanah Jawa. Dari keluarga Syeikh Asmarakandi
lahir Sunan Ampel, Sunan Drajad dan Jaka Tarub yang keturunannya menjadi
ulama-ulama dan raja-raja Jawa (Demak, Pajang, Mataram, Cirebon , Banten dst). Keluarga Ahlul Bait ini
kemudian dengan cepat membaur dan segera mencorak Nusantara dengan Islam.
Pada waktu itu keluarga ini datang ke Jawa Timur, pusat
pemerintahan Majapahit, kerajaan yang mengalami kemunduruan setelah sebelumnya
menjadi pemimpin Nusantara. Kehadiran Sunan Ampel diterima dengan baik oleh
penguasa Majapahit saat itu. Walaupun Majapahit masih tetat kerajaan Hindu tapi
tidak sedikit warganya yang telah memeluk Islam. Bahkan akhirnya Raja
Majapahit, Brawijaya V (Bhre Kertabumi) kemudian memeluk Islam. Anak-anaknya
dididik langsung oleh Sunan Ampel. Salah satunya adalah Raden Patah (Fatah)
yang kemudian menjadi menantu Sunan Ampel dan selanjutnya mengasaskan kerajaan
Islam pertama di Pulau Jawa: Kesultanan Demak. Raden Patah menjadi raja Demak
dengan gelar Sultan Alam Akbar Al Fatah.
Hampir bersamaan dengan itu, salah seorang ahlul bait
keturunan ke-31 dari Sayidina Hussain (cucu Nabi Muhammad SAW) yang lahir dan
dibesarkan di daratan Cina, mengadakan ekpedisi pelayaran ke berbagai tempat di
dunia, dan secara satah satunya khusus datang ke Nusantara dengan puluhan kapal
bersama hampir 30.000 orang anggota armadanya. Inilah satu ekpedisi pelayaran
terbesar dalam sejarah. Dia bernama Zheng He, dan lebih terkenal dengan nama
Laksamana Ceng Ho. ‘Show force’ Laksamana Ceng Ho dengan armadanya yang luar
biasa besar namun membawa misi perdamaian, membantu menstabilkan kondisi
politik kerajaan-kerajaan di Nusantara setelah memudarnya kejayaan Majapahit
pasca Gajah Mada dan juga membantu memperkenalkan Islam sebagai agama yang
damai dan universal. Dengan demikian perkembangan Islam menjadi semakin pesat
dan berwibawa.
Maka kemudian datang gelombang Ahlul Bait pada abad ke-18 M.
Hal ini juga didorong oleh terjadinya serangan di Hijaz oleh Muhammad ibn Saud
(Bani Saud) dan Muhammad ibn Abdul Wahhab yang di kemudian hari lebih banyak
disebut sebagai gerakan Wahabi (Wahhabism). Serangan ini didukung oleh Inggris
yang berkepentingan untuk menjatuhkan Turki Utsmani dan kemudian memicu konflik
antara Turki Utsmani dan dinasti Saud (Ottoman-Saudi War) setelah sebelumnya
mengakibatkan terusirnya kalangan Ahlul Bait dari Hijaz. Sebagian ada yang
berpindah ke utara dan mendirikan kerajaan Bani Hasyim/Al Hasyimi di Yordania
(The Hashemite Kingdom of Jordan) dan sebagian bergerak ke timur menuju
Nusantara.
Berbeda dengan para pendahulunya yang telah berbaur dengan
ras Melayu, mereka yang datang pada periode ini lebih mudah dikenali secara
fisik sebagai sebagai keturunan Arab. Dan umumnya mereka juga mengekalkan marga-marga
ahlul bait hingga ke saat ini. Juga lazim dikenal sebagai panggilan Sayyid,
Syarif, Habib, Wan, Tok, Tengku dan lain sebagainya.
Inilah salah satu keajaiban bangsa Melayu, darah Rasul telah
mengalir dalam darah mereka dan mengalirkan keberkahan tersendiri. Rupanya
orang-orang muslim terdahulu, khususnya dari kalangan Ahlul Bait terdahulu
dengan sangat serius dan terarah menyiarkan dakwahnya ke Bumi Nusantara.
Menjadikan bangsa Melayu menjadi bagian dari keluarga besar Nabi Muhammad SAW,
seolah-olah Bumi Nusantara di Timur ini adalah tanah air kedua bagi Islam dan
keluarga yang mulia ini. Terlebih setelah mereka terusir dari tanah airnya
sendiri. Bahkan ada sumber sejarah yang mengatakan bahwa Mahapatih Gajah Mada,
‘pendiri’ Nusantara yang misterius itu, tidak lain adalah salah seorang muslim
dari kalangan Ahlul Bait. Wallahu ‘alam.
“Kami Ahlul Bait telah Allah pilih untuk kami akhirat lebih
daripada dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran selepasku
kelak hingga datanglah Panji-panji Hitam dari Timur. Mereka meminta kebaikan
tetapi tidak diberikan. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kejayaan. Siapa
di antara kamu atau keturunanmu yang hidup pada masa itu, datangilah Imam dari
ahli keluargaku itu walaupun terpaksa merangkak di atas salju. Sesungguhnya,
mereka adalah pembawa Panji-panji Al Mahdi. Mereka akan menyerahkannya kepada
seorang lelaki dari ahli keluargaku yang namanya seperti namaku, dan nama
ayahnya seperti nama ayahku. Dia akan memenuhi dunia ini dengan keadilan dan
kesaksamaan..” (H.R. Abu Daud, At-Tarmizi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, Ibnu Majah,
Abus Syeikh, Ibnu Adi, Abu Dhabi, Ibnu Asakir & Abu Nuaim)
Abu Salam Jumad gelar SUSUHUNAN ATAS ANGIN, bin Makhdum
Kubra bin Jumad al-Kubra bin Abdallah bin Tajaddin bin Sinanaddin bin
Hasanaddin bin Hasan bin Samaim Bin Nadmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir
bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin
Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin
al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
Na’im gelar SUSUHUNAN WALI ALLAH, bin Abdul-Malik Asafrani
bin Husain Asfarani bin Muhammad Asfarani bin Abibakar Asfarani bin Ahmad bin
Ibrahim Asfarani bin Tuskara, imam Yamen, bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin
Najmaddin al-Kubra bin Jasmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain
al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain
al-Alim al-Makki bin Walid Zaid al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin
al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN TEMBAJAT bin Muhammad Mawla al-Islam bin Ishaq
gelar WALI LANANG DARI BALAMBANGAN, bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid
bin Jamad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahnul al-Kabir bin Abdurrahman bin
Abdullah al-Baghdad bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin
Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar
Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Wahid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain
al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN GIRI bin Islam gelar WALI LANANG DARI BELAMBANGAN,
bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud
al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abudrahman bin Abdullah al-Baghdad bin Askar
bin Hasan bin Sama-un bin Najmadin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain
al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain
al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Zali Zain
al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
Hasanuddin gelar PANGERAN SABAKINKING bin Ibrahim gelar
SUSUHUNAN GUNUNG JATI bin Ya’qub gelar Sutomo Rojo bin Abu Ahmad Ishaq dari
Malaka bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin
Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin
Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain
al-Kabir al-Madani al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain
al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
KIAHI AGENG LURUNG TENGAH bin Syihabuddin bin Nuradin Ali
bin Ahmad al-Kubra al-Madani bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra
bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin
Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain
al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain
al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain
al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN DRAJAT bin SUSUHUNAN AMPEL bin Abu Ali Ibrahim
Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud
al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghadadi bin Askar bin Hasan bin
Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin al-Husain bin Zain
al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain
al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin Al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN BONANG bin SUSUHUNAN AMPEL bin Abu Ali Ibrahim
Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud
al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin
Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin
Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid
Zain al-Alim al Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani
bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN KALINYAMAT bin Haji Usman bin Ali gelar RAJA
PENDETA GERSIK, bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad
al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar
bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin
Zainal-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain
al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alimbin Ali Zain
al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
Ibrahim gelar SUSUHUNAN PUGER bin askhian bin Malik bin
Ja’far al-Sadiq bin Hamdan al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin
Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin
Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar
Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al Makki bin Walid Zain
al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN PAKALA NANGKA dari Banten bin Makhdum Jati,
Pangeran Banten, bin Abrar bin Ahmad Jumad al-Kubra bin Abid al-Kubra bin Wahid
al-Kubra bin Muzakir Zain al-Kubra bin Ali Zain al-Kubra bin Muhammad Zain
al-Kabir bin Muhammad al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin
Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin
Zain al-husain bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin
Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali
Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN KUDUS bin SUSUHUNAN NGUDUNG bin Husain bin
al-Wahdi bin Hasan bin Askar bin Muhammad bin Husain bin Askib bin Muhammad
Wahid bin Hasan bin Asir bin Al bin Ahmad bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin
Hajr bin Ja’far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin al-Madani
bin al-Husein bin al-Imam Ali k.w.SUSUHUNAN GESENG bin Husain bin Al-Wahdi,etc.
lihat diatas.SUSUHUNAN PAKUAN bin al-Ghaibi bin al-Wahdi,etc. lihat diatas.
SUSUHUNAN KALIJOGO bin TUMENGGUNG WILO TIRTO, Gubernur
Jepara, bin ARIO TEJO KUSUMO, Gubernur Tuban, bin Ario Nembi bin Lembu Suro,
Gubernur Surabaya, bin Tejo Laku, Gubernur Majapahit, bin Abdurrahman gelar
ARIO TEJO Gubernur Tuban, bin Khurames bin Abdallah bin Abbas bin Abdallah bin
Ahmad bin Jamal bin Hasanuddin bin Arifin bin Ma’ruf bin Abdallah bin Mubarak
bin Kharmis bin Abdallah bin Muzakir bin Wakhis bin Abdallah Azhar bin ABBAS
r.a. bin Abdulmuttalib.
SUMBER: http://sayyidario.blogspot.com/2009/02/sejarah-ahlul-baitketurunan-nabi.html
Baca Juga Artikel dibawah ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TINGALKAN URL SITUS / BLOG ANDA DI AKHIR COMMENTAR TERIMAKASIH.